Cerita Sex Anal ku Dengan Cewek Karaoke

shares |

Cerita Sex Anal ku Dengan Cewek Karaoke

Rasanya aku tidak bosan bosan untuk menikmati kelamin wanita, dari mulai ibu ibu, gadis, SPG, kimcil, pelacur semua sudah aku sodoki lubangnya, banyak dari meraka yang pernah aku setubuhi menjadi teman baikku atau sebaliknya mereka membenciku atau menghilang, entah karena mereka tidak bisa menahan rasa ketagihan terhadapku. Vagina berbgai macam bentuk kira kira sudah aku rasakan mulai dari yang rapat, longgar, semuanya belum bisa menjadikan aku kepuasan yang mendalam bagiku, tapi temanku meyarankanku untuk mengurangi aktivitas itu degnan sering berolahraga atau cari kegiatan yang positif, tapi aku sudah berusaha untuk mengurangi malah godaan dari sekitarku lebih kencang.

Karena kepenatanku dalam kantor sering aku alami maka ML adalah salah satu untuk melepas penatku seusai pulang dari kantor, Paling tidak seminggu sekali aku melakukan aktivitas bercinta. Dengan siapa saja, asal sudah kenal, bersih dan tidak terkontaminasi. Seperti bulan kemarin. Rasanya sudah tidak tahan aku ingin memuntahkan spermaku di liang vagina. Tapi seolah stok memek yang ada (di kontak telepon) sudah pernah aku coba. Pengen mencoba dengan yang lain, bukan WP langganan, bukan juga pasangan. Memang Okky pasti mau aku ajak ngewe, tapi aku kasihan sama dia. Gak enak rasanya tiap minggu ngajak dia ML. Namun keinginan itu semakin tak bisa aku tahan. Wis, daripada ndhase mumet mendingan aku meluncur ke lokasi biasa. Hangout sebentar sambil cari-cari pandangan. Yang penting kerjaan sudah selesai semua dan gak ada hal lain yang mengganggu.

Sehabis pulang kantor aku memacu motorku menuju café tempat sering nongkrong, tapi ternyata tutup. Langsung saja meluncur ke daerah pinggiran Semarang. Di sana ada tempat karaoke yang cukup bagus. Kata orang-orang LCnya juga lumayan. Hampir 45 menit aku berkendara, akhirnya sampai juga di lokasi yang dimaksud. Das Klein Bandungan alias Bandungan Mini katanya. Di daerah itu ada beberapa tempat karaoke, ada juga hotel low-cost. Mungkin juga ada WP yang bisa dipakai di daerah itu. Aku ada kenalan di daerah situ, iseng aku hubungi dia, siapa tahu mau diajak sing-a-song. Antok namanya, dulu kenal waktu mobilku selip dan dia yang menariknya hingga ke bengkel.

“Rud … neng endi kowe (Rud, dimana kamu)?” tanyaku lewat telepon.

“Woei man … gimana kabar? Aku neng omah iki (aku di rumah nih)” jawabnya.

“Kapan happy2 bareng?” lanjutnya. “Saiki bro (sekarang bro) … Ku tunggu di V****” sahutku.

“Tenan opo ora (beneran apa nggak?)” katanya.

“Wis mrene, ojo lali ngajak kimpetan (Sudah ke sini, jangan lupa ngajak kimpetan) sahutku.

“Ok bro” katanya sambil menutup telepon.

Ku tunggu si Antok di warung sebelah parking area. Sambil nunggu Antok, aku memesan kopi.

“Mbak, sini rame ya kalo malem?” tanyaku kepada mbak yang jaga warung.

“Gak tentu mas, kadang rame kalo pas malam minggu.

Kalo hari biasa ya agak sepi” jawabnya.

“Mase orang jauh ya?” si mbak bertanya.

“Enggak, aku wong Semarang (saya orang Semarang)” jawabku.

“Nggak pernah ke sini po?” sahutnya.

“Iya, aku lebih sering ke Bandungan” kataku.

“Mase mau nyanyi apa cuma mau dolan saja?”

si mbak bertanya lagi. “Mau nyanyi, juga mau yang lainnya”

jawabku. “Hehehehe …

"mase mesti ‘penjahat’ iki (masnya pasti ‘penjahat’ nih)” sahutnya.

“Ah mbak’e bisa aja” kataku sambil menyeruput kopi hitam yang aku pesan.

Tak lama kemudian, Antok datang, dia langsung memarkir mobilnya di depan rumah karaoke itu. Sambil tertawa dia datang menghampiriku.

“Oeiii bro … Piye kabare (gimana kabarnya)?” sapa Antok.

“Kabar baik sob …

gimana nih, langsung sing-a-song atau mau …” sahutku.

“Wis lah … langsung nyanyi saja. Sudah gatal nih pengen teriak-teriak” katanya. Setelah membayar kopi dan makanan, langsung aku menuju rumah karaoke itu.

Tempatnya cukup bagus, bisa dibilang mewah untuk ukuran rumah karaoke di pinggiran. Roomnya juga ada banyak pilihan. LCnya cukup sopan (tak tahu nanti kalau sudah dibooking). Cewek-cewek yang diajak Antok menunggu di room yang ternyata sudah dipesan oleh Antok. Aku memesan minuman yang agak ‘berkelas’ ternyata kata manajemen, mereka kehabisan stock. Akhirnya aku memesan dua pitcher beer plus vodka lokal dan snack. Cewek-cewek itu ternyata gak cukup bisa nyanyi lagu barat, namun mereka ahlinya dalam bergoyang dan menyanyi lagu dangdut. Hehehe … kayak artis dangdut pantura mereka. Nyanyi sambil bergoyang sampai ngesot. Gak papa yang penting bisa bertemu teman dan happy-happy bersama.
Aku iseng bertanya pada salah satu cewek yang nggak sedang nyanyi. “Namanya siapa mbak?” tanyaku sambil berbisik di telinganya, maklum music berdentum sangat keras. “Santi mas …” jawabnya. “Kerja di mana?” tanyaku lagi. “Kerjaannya? Emmmm … cuma di pabrik kok mas” sahutnya sambil tersenyum. Dia kembali menyambar mic yang diletakkan di meja oleh kawannya. Cewek yang satunya cukup liar. Berkali-kali minum beer. Goyangan dan desahan mereka sungguh sangat membuat nafsuku naik ke level tertinggi. Aku hanya menikmati goyangan mereka, sesekali nyanyi. Temanku Antok jelas, gak mau mensia-siakan kesempatan. Nyanyi dan minum sepuasnya.

Ini jelas, cewek-cewek ini pasti mau diajak kencan one night stand. Sepertinya aku lebih tertarik dengan temannya Santi. Aku tarik dia duduk di sebelahku. “Siapa namanya mbak?” tanyaku. “Siwi, gimana mas. Naksir ya?” jawabnya kepedean. “La kalau naksir trus gimana?” aku bertanya lagi. “Yaa dikawin dong … ehhh kok dikawin, dinikah ding” sahutnya sambil mengerling manja. Kemudian aku bertukar PIN BBM dengan kedua cewek itu. Joss Rudd, pilihannya gak keliru, teriakku dalam hati.
Kami terus bernyanyi dan bergoyang, bahkan aku sampai memesan 2 pitcher minuman yang sama lagi. Kata si Antok, si cewek yang minta. 3 jam sudah kami berada di room karaoke ria itu, penat dan lelah terbayarkan dengan sedikit teriakan dan goyangan. Setelah Antok menyelesaikan bill payment, berempat kami beranjak keluar dari sana. Di parking area karaoke aku sengaja menjauh dari Antok yang sudah aku kasih sign waktu di dalam tadi. “Ok bro … thanks a lot! Kapan-kapan narik kabel lagi” kata Antok. “Eh … Ntar anterin Siwi pulang ya” lanjutnya. Sejurus kemudian Antok meninggalkan Siwi di parking area. Entah dia mau kemana bersama Santi.

Siwi berjalan mendekatiku. “Masbro … anterin Wi’ pulang dong” katanya. Aku yang sudah merencanakan semuanya langsung mengiyakan maksudnya. “Ok deh … aku anterin kamu pulang” sahutku. “Ayo langsung tancap” lanjutku. Siwi segera membonceng. Memang, aku sengaja membawa 2 helm sepulang kantor tadi. Sepanjang perjalanan kami tak bicara, maklum aku memakai helm fullface. Dia memeluk erat pinggangku. Aku sengaja tak memacu motor dengan kencang, banyak turunan soalnya Sesampainya di sebuah pertigaan yang mengarah ke Semarang, Siwi mencolekku. Aku memperlambat laju motor dan pull over. “Gimana Wi?” tanyaku. “Emm … kata Antok, tadi Masbro mau ngajak Siwi jalan-jalan?” dia balik bertanya. “Yaa kalo kamu mau … tak ajak muter-muter” jawabku. “Emm … iya wis, ayo” sahut Siwi. Tak berpikir panjang langsung motor aku pacu kembali. Jalur ke Bandungan aku ambil. Nekat saja, jalanan sudah halus sekarang gak seperti dulu, banyak lobang. “Mau ajak Wi’ ke Bandungan ya Masbro?” tanyanya sedikit berteriak. Aku hanya menganggukkan kepala. Hampir 1 jam kami riding menuju Bandungan.

Aku memperlambat motor siapa tau ada minimarket yang masih buka. Ternyata depan terminal ada yang masih buka. Aku berhenti sejenak untuk membeli minuman ringan dan rokok. Siwi turun dari motor sambil agak sempoyongan. Shit! Dia sudah mabuk. Aku berharap dia tidak jackpot sesampainya di kamaar nanti. “Mabuk ya Wi’?” tanyaku. “Emm … pusing dikit nih” jawabnya. Aku tawarkan dia sebotol minuman dingin. Dia agak kesusahan, entah sengaja atau karena mabuk. Akhirnya yang kuminum aku berikan kepadanya, walau tinggal separo. Siwi menenggak minuman isotonic itu seperti orang kehausan. Tiba-tiba dia memelukku. “Siwi pusing masbro … anterin pulang dong” katanya. Kopet! Wis tekan kene malah kon ngeterno balik. Ngetrick opo tenanan iki. j*nc*k tenan. “Ayooo … Siwi pengen bobo nihhh … pucinggggg” lanjutnya.

“Ayo kita jalan lagi aja” kataku sambil mengajaknya membonceng. Setelah itu aku pacu motor kearah Bandungan. Sepanjang perjalanan dia terus meracau pengen tidur. Kira-kira 15 menit kemudian kami sampai di Bandungan. “Looohhhh … kok malah sampai sini” ucapnya. “Udah … bobo dirumahnya besok aja, sekarang bobo disini” kataku. Dia hanya diam, jiah … paling ini cuma pura-pura mabuk saja. Setelah berputar-putar sebentar, akhirnya aku menuju sebuah hotel yang cukup bagus, semoga asyik juga tempatnya. Aku menuju ke resepsionis dan segera memesan kamar. Setelah aku membayar dan kamar sudah dipersiapkan, aku dan Siwi bergegas masuk ke dalam. Sesampainya di dalam dia langsung merebahkan diri di spring bed yang cukup empuk itu. “Aaahhhh … akhirnya nemu kasur juga” katanya. Aku hanya terdiam, wis sing penting iki LC bisa tak culik ke sini. Ransel aku letakkan di meja kecil. Dan segera aku melepas jaket dan celana yang aku pakai. Langsung aku menuju kamar mandi. Segarrrr … mandi air dingin.

Kudengar Siwi nyanyi-nyanyi kecil, gak tau lagunya, kayaknya lagu dangdut. Setelah bersih dan merasa nyaman aku bergegas keluar kamar mandi hanya dengan berbalut handuk. “Kamu gak mandi Wi’?” tanyaku. “Dingin owh …” sahutnya. “Ya pake air anget dong” kataku sambil menyalakan TV. “Tapi dimandiin ya” katanya. Jiah! Okky saja gak pernah minta dimandiin. “Wis sana cepet mandi” kataku sambil mencubit pahanya. “Sakiiiit tauuuu” kata Siwi sambil mengelus-elus pahanya. Dia bergegas menuju kamar mandi. Sehabis karaoke dan minum vodka tadi memang benar rasanya kepalaku menjadi pusing. Untung diperjalanan tadi nggak terjadi apa-apa. Aku merebahkan diri di springbed. TV masih nyala dan sengaja aku naikkan volumenya. Berita kenaikan BBM dan tentang Jokowi masih saja menghiasi layar kaca itu. Membosankan.

Aku tiduran sambil memejamkan mata. Kudengar pintu kamar mandi dibuka. Sepertinya Siwi sudah selesai mandi. Aku masih memejamkan mata, berharap pusing dikepalaku segera hilang. Tak kuduga Siwi langsung duduk diatasku, tepat di batang kemaluanku yang hanya terbalut handuk. Ketika aku membuka mata ternyata Siwi tak memakai sehelai benangpun. Telanjang bulat. “Segerrr masbro …” ucapnya. “Ssseger lah …” sahutku. Sambil berbisik dia juga membuka handukku “Dari tadi pengen ngajak Siwi ngewe ya masbro?”. “Iya lah …” jawabku berterus terang. “Lha kalau sekarang gimana? Pengen langsung ngewe apa mau Wi’ pijitin dulu” sahutnya. Waaaah … semoga pijitannya mantab
“Wis terserah kamu aja deh gimana enaknya” kataku sambil meremas buahdadanya. Gak gede, tapi juga gak kecil. Mantab deh pokoknya. Siwi mulai memijitku, dada, paha, balik ke punggung, turun ke bagian bawah. Cukup pintar juga dia ternyata. Pantatku dia pijit, nikmat bener bro. Bahkan dia juga meraba sunholeku. “Balik masbro … masa cuma punggung saja” katanya sambil meremas pantatku. Aku membalikkan badan, kini aku telentang dengan tongkat ali yang sudah berdiri tegak.

“Woowww … udah mau minta dijepit yaaa” katanya sambil memijit pahaku. Cukup lama dia memijit, terkadang ujung tongkatku dia tiup. “Wi’ tiup yaaah … biar jadi gede” ucapnya sambil terkekeh. Emang kondom, kataku dalam hati. Aku semakin gak tahan melihatnya hanya memijit dada, perut, lengan, dan pahaku. Benar-benar dia tak menyentuh batang kemaluanku itu.
Kali ini aku mencoba pasif. Biar dia yang memainkan peran. Dan terus saja Siwi memijitku, walau dengan tekanan yang agak rendah. Terkadang dia ngoceh yang aku gak tau ujung pangkalnya. Mungkin karena kontaminasi alcohol tadi. Sekitar 25 menitan dia memijitku. Badan jadi agak relax setelah dia pijit. Tapi kemaluanku malah menjadi agak sakit. Setelah tegang tak tersalurkan.

Siwi turun dari kasur, dia mengambil minuman ringan dan menenggaknya. “Aaahhhh … segerrrr” katanya sambil memunggungiku. Hanya punggung dan pantatnya yang nampak di depanku. Kemudian dia kembali duduk di sisiku. “Enak gak masbro, pijitan Wi’?” katanya. “Enak banget Wi’. Jadi relax nih sekarang” sahutku. “Relax apanya, tuh masih tegang kok” ucapnya sambil menunjuk tongkat aliku. “Hehehe … sekarang itu yang minta dibikin relax Wi” kataku. Sambil mengerling dia kemudian meraih tongkatku. “Ihhh … cute yaaaah” ucapnya. Dia kocok pelan sambil terus meniup ujungnya. Aku hanya menahan nikmat yang tiada tara. Pelan sekali dia mengocoknya. Tangannya yang lain meraba-raba dua bola yang ada di bawahnya. Slurpp … lidahnya mulai menjilati dua bola itu. Lalu dia kulum satu persatu dengan mulutnya yang mungil itu. Tangannya terus mengocok pelan batang penisku. Nikmat bener kocokannya. Kemudian dia beralih menjilati batangnya sambil terus mengocok pelan. Slurrppp … slurrrppp … lidahnya menjilati batang itu. Gila bener! Ini anak pelayanannya hebat bro.

Rasanya ingin memuntahkan spermaku sekarang. Aku sungguh tidak tahan dengan jilatannya itu. Setelah puas menjilati batang dan mengulum bola-bolaku. Kini dia menjilati ujung penisku yang mengkilap itu. Slurppp … slurrrppp … jilatannya membikin penisku semakin keras. “Emmmm … nihh Siwi emut deh kontolnya” ucapnya lirih sambil memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. “Ssshhhhhhh … emmmmmmhhhh …” gumamnya sambil menghisap kontolku kuat sekali. Sepertinya seisi kontolku ingin keluar karena hisapannya yang kuat itu.
Terus saja dia menghisap dan mengocok penisku itu. Hingga aku pasrah saja. Sedotannya kuat, jilatannya nikmat. “Emmmmhhhhhh … enak kan masbro?” tanya Siwi. “Huumbbb … huumbbb” jawabku sambil terus memejamkan mata. “Sekarang gentian Wi’ yaah … aku udah horny nih” katanya sambil menyodorkan buahdadanya ke mulutku. Segera aku lumat buahdadanya itu. Putingnya aku jilat dan kadang aku hisap. Siwi hanya mendesah dan melenguh lirih. “Uucccchhh … emmmhhhhh … emmmmhhhhh … massssss” ucapnya. Aku terus menjilati dan menghisap kedua putingnya bergantian. Sementara tanganku meraba-raba selangkangannya yang kini sudah lembab itu.

”Emmmhhhh … emmmhhhhhhh … sssshhhh … cepettthhh masukinnn massss” katanya sambil meraih batang kontolku. Langsung aku renggangkan vaginanya dengan jemariku dan bless … kontolku masuk ke dalam memeknya. Cukup rapet mekinya. Aku sengaja tidak menggenjotnya. Ternyata dia paham. Siwi mengempotkan otot vagina sambil menggoyang pinggulnya. Enak benerrrr … mungkin sekitar 5 menitan dia mengempotkan memeknya. Tak tahan dengan empotannya, aku menggenjot kembali memeknya dengan perlahan.
“Oucccchhhh … massss … massss … ahhhhh …” desahnya sambil menjulur-julurkan lidahnya (apakah dia jelmaan Siluman Ular Putih ya?). Terus aku menggenjot dengan perlahan. Empotannya kini juga semakin nikmat. “Entotin aku masss … Siwi pengen dientot” ucapnya sambil mengelus-elus dadaku. “Masss … ngegenjotnya yang cepet dongggghhh … memek Siwi gatel nihhhhhhh”. Aku tetap menggenjot dengan konstan. Sambil menusuk memeknya, aku hisap putingnya bergantian.

Siwi mencengkeram pantatku dengan kuat. “Ouuccch … masssssss … terussshhhhh … terussss …” desahnya. Aku membalikkan tubuhnya, sekarang dia tengkurap di dadaku. Bergegas dia duduk di atas kontolku yang masih menancap dalam memeknya. “Nihhhh … Siwi goyang … biar cepet keluarr …” katanya. Sambil memainkan otot memeknya, Siwi menggerakkan badannya naik turun. Kontolku semakin tak karuan rasanya. Nikmat bercampur sedikit sakit. “Ouccchhhhhh … wiiiiiii’ …” erangku menahan nikmat. Siwi terus menggoyangkan pinggulnya. “Ihhhh … Siwi naik kudaaaaaa” ucapnya sambil memperagakan orang yang berkuda. Buahdadanya naik turun seiring gerakannya. Wajahnya yang sayu plus sedikit kontaminasi alcohol membuatnya semakin nampak sensual.

Nampaknya dia merasakan kenikmatan yang hebat, kadang kedua matanya hanya nampak bagian putihnya saja. Sambil terus menggoyang dan mengempotkan memek, Siwi terus mendesah dan mengerang. Aku mencoba menahan agar tidak terjadi ejakulasi dulu. Aku raih payudaranya dan kuremas dengan perlahan. “Ouccchhh … mmmassss … enagghhhhhhh …” desahnya. Kontolku menahan nikmat yang tiada tara karena empotan dan goyangannya.
“Massss … ssshhhhh … shhhhhhh … aaaahhhhhhh” sambil mendesah dia melepaskan kontolku dari memeknya. Langsung dia menuju kamar mandi. Ku kejar dia masuk kamar mandi. Belum saja dia meraih shower, memeknya sudah menyemburkan pipis dengan hebatnya. “Mmassss … Siwi pipisssssss” ucapnya sambil berbalik dan memelukku. “Bersihin dulu yuk” sahutku sambil mengarahkan shower ke memeknya. “Ihhhhh … gelliiiiiiii” ucapnya sambil membersihkan memeknya.

Sambil memelukku dia berbisik, “Wi’ istirahat dulu ya masss … Wi’ udah keluarrr”. Aku biarkan dia rebahan sambil memelukku. Shit, kontolku makin keras saja. “Wiii … kocokin lagi dong” pintaku. Siwi kemudian beringsut menyandarkan kepalanya dipahaku. Tangannya mengocok penisku dengan perlahan. Bibirnya sengaja dia dekatkan di ujung penisku. Namun tak juga dia menghisapnya. “Nihhh … enakk kan kocokan Siwi?” tanyanya. Aku mengiyakan hanya dengan mengelus rambutnya. Lama-lama nikmat bener kocokan Siwi. Sambil mengocok penisku dia menghisapnya dengan smooth. Bibirnya hanya mencecap ujung penis tepat lobangnya berada. “Emmmhhhh … emmmhhh … keluarr donggg deeeee” katanya sambil terus mengocok penisku. Tak tahan rasanya diperlakukan seperti itu. Siwi mungkin tahu, penisku tambah keras. Dia kocok dengan tempo yang agak cepat, aku hanya mengerang ketika dia menghisap ujung kontolku. “Ouccchhhh Wiiiiiiiii …” erangku ketika spermaku memancar dari dalam penis dan muntah tepat di bibirnya. Slurrrpppp … slurrrpppp … Siwi menjilati penisku. Dia tidak membersihkan sperma yang menempel di mulut dan bibirnya. Terus dia menjilati penisku dengan rakus, bahkan kedua bola-bolaku juga tak lepas dari jilatannya. “Emmmmhhhhh … pejuhnya anget masssss” desahnya lirih sambil meremas kontol yang mulai melemas itu. Ternyata service yang diberikan Siwi sungguh memuaskan.

Segera dia bergegas menuju kamar mandi, mungkin dia mau membersihkan sperma dibibirnya. 5 menit sudah dia di kamar mandi, namun belum juga keluar. Sekitar 10 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi. Ternyata dia mandi lagi. Langsung dia tengkurap, merebahkan dirinya disampingku. “Uccchhhhh … kontolnya keras banget masbro” ucapnya. Aku membalikkan badanku dan memeluknya. “Memeknya juga legit Wi” sanjungku. “Heheehehe … siapa dulu yang punya” sahutnya terkekeh. Sambil tengkurap, aku meraba-raba pantatnya. “Ihhhh … geli ah” katanya. Aku terus meraba-raba dan menyelipkan jariku dibelahan pantatnya. “Ouccchhhh … Siwi jangan dianal yaaa masssss” pintanya memelas. “Padahal enak lho Wi” sahutku. “Uuccchhhh … rasane pegel-pegel gimana gitu” katanya. “Wi’ pernah masukin terong dikondomin ke situ” lanjutnya. We … lhadalah! Kok ya experimental to ini anak. “Kirain terong dicabein Wi” sahutku. “Ihhhh … Wi ngomong serius kok” ucapnya. “Tapi kan kontol beda sama terong Wi” kataku sambil terus meraba dan meremas pantat mungilnya.

“Ihh … dibayar piro wae emoh nek Siwi main anal (dibayar berapa saja gak mau kalo Siwi main anal)” tukasnya. “Udah sakit ntar kalo yang keluar eek gimana” lanjutnya. “Hehehehe … gak enggak mungkin lah” kataku. Kini Siwi berbalik memelukku, sambil menciumi punggungku, jemarinya meremas pantatku dan mengusap sunholeku. “Coba Wi masukin jari disini yaa … sakit apa nggak” ucapnya sambil menusukkan jarinya ke dalam sunholeku. Shitttt … nekat bener nih anak. “Sakit apa nggak hayooooo” katanya. Aku hanya diam, karena memang gak sakit. “Masukin memek Wi aja masbro … gak usah dimasukin belakang” ucapnya. Kontolku yang kini kembali tegang sepertinya meminta untuk segera dimasukkan.

Aku membalikkan tubuh Siwi, sekarang dia telentang, dan pahanya dia buka lebar-lebar. Memeknya yang berambut pendek sepertinya sudah siap menerima genjotanku lagi. Bless … kontolku kembali memasuki lobang memeknya. “Ouccccchhhh … emmmhhhh …” desahnya ketika aku menggenjot kemaluan dan memilin putingnya. “Oucccchhh … enaghhhhhh …” desahnya sambil mengalungkan tangannya dileherku. Tempo genjotan aku tingkatkan. Semakin cepat aku menggenjot memek Siwi, keluar masuk kontolku dalam memeknya. Dia merem melek menahan nikmat.

Sambil mengempotkan otot vaginanya dia terus meracau. “Oucchhhh … ouccchhhh … entotin Siwi masbroooo … tusuk tempik Siwi massss … ahhhh … ahhhh … ahhhhhh … enakkkk masssssss” desahnya sambil terus memejamkan mata. Terus aku pompa memeknya. Tak nampak itilnya karena tertutup sedikit rambut itu. Iseng aku meraba klitorisnya yang tersembunyi. “Ouccchhhhh … itilllllllll … itillllllllll … ouucccchhhhhhhh … itil Siwiii massssss …” erangnya ketika aku mengusap klitorisnya dengan jemariku. Aku semakin memompa memeknya dengan kuat. Hingga ranjang tempat kami berada berderit-derit. Tiap kali aku sentuh klitorisnya, Siwi mengerang dengan hebat. “Oucccchhhhhhh … ahhhhhhhhh … ahhhhhhhh … sssshhhhhhh … itillllllll … itilllllkuuuuuu … itilku jangan dielusss massssss” erangnya.

Aku mencoba melepaskan kontolku dari dalam memeknya. Terus aku elus-elus klitorisnya yang pink itu. Kontol aku gesek-gesekkan di lobang anusnya. Siwi diam saja waktu aku gesek anusnya dengan kontolku. Aku sodok-sodok perlahan sambil terus mengelus-elus itilnya. “Woowwwwww … itilkuuuhhhhhh … mmmassss … itilkuuuhhhhhh … enakkkkkkhhh masssssss …” erangnya. Aku terus mengusap klitorisnya sambil menusuk anusnya dengan kontol.

Aku usap anusnya dengan jemari yang sudah aku basahi dengan liurku. Sambil terus mengusap klitorisnya yang menyembul itu, anusnya aku sodok, siapa tahu kontolku bisa masuk. Akhirnya dengan sedikit paksaan, kontolku bisa menembus anusnya yang sedari tadi kembang kempis itu. Bless … kontolku masuk dalam anusnya. “Oucccchhhh … j*nc*k … silitku ojo dientot masssss … oucccchhhhh itilllllkuuuuhhhhhh … j*nc*k … asuuuuuu tenannnn … sakitt massssss …” erangnya. Aku sengaja menghentikan tusukanku, walau kini hanya kepala kontol yang ada dalam anusnya aku mencoba mengulur waktu. Barangkali otot anusnya bisa relaks.

Terus aku mengucek klitorisnya itu, terkadang jemari aku tusukkan ke lobang memeknya. “Oucchhh … agghhhh … aggggg … hggggg … mmassss … itilkuuuhhhhh … oouuccchhh … massss … aaaahhhh … itillllllllll” erangnya. Aku terus memainkan jemariku dalam vaginanya, jelas klitorisnya tidak aku lepaskan. Terus aku elus-elus. “j*nc*k koon massss … silitku ojo dientottttt … addduhhhhh … haadddduuuhhhh … anjiiinggggg … masssssss …” erangnya. Aku terus memainkan klitorisnya. “Hhuhhhh … hhuhhhh … hhuhhhh …” dengusnya sambil tersengal-sengal. “Enak gak Wi?” tanyaku. “Huhhhh … j*nc*k kowe masss … silitku ojo dikenthu to su!” jawabnya.

Kontolku masih dalam lobang cacingnya. Terasa dia memainkan otot anusnya. “Emmmhhhh … emmmmhhhhh … j*nc*k …” dia melenguh ketika aku tarik putting susunya. Aku kembali mengelus klitorisnya. “Ouccchhhhh … ouccchhhhh …” desahnya. Memeknya aku raba-raba, jemariku masuk dan mengocok lobangnya pelan-pelan. “Ouccchhhh … asssuuuuuhhhhh … masbroooohhhh … ennagghhhhh …” ucapnya. Kembali aku menusukkan kontolku yang sudah sebagian di dalam anusnya. “Ouccchhhhhh … setaaaaannnnn … cabuttthhhh … silitku ojo dikenthuuuuu massssss” erangnya. Aku tak mempedulikan erangannya. Sekali kontol sudah masuk, ya tunggu sampai ntar. Biar puas dulu. “Ouuccchhh masssss … ssssshhhhhh … asssuuuuuuuu … sssshhhhh … kontolllmuuuuuu … kontolmuuuu j*nc*k masssss … silitkuuuu ojohh dikenthuuuuuuu …” desahnya.

Aku tak peduli dia mau mengerang seperti apa. Terus aku elus-elus klitorisnya. Sesekali aku sedot putingnya. Kini dia merem melek, mungkin menahan sakit atau nikmat aku gak tahu. Siwi hanya mendesah dan mengerang ketika aku menyodok anusnya. “Oucccchhhh … masssbrooooohhh … eeegghhhhh … massssss … cabuuutthhh massss … ojohhhhh dikenthuuu massssss … anjiiinggggghhhh” ucapnya lirih. Matanya yang sayu memandangku. Aku terus menusukkan kontolku dalam anusnya. Padahal aku tidak menggenjotnya, hanya menusuknya pelan-pelan. “Aaawwwwww … massss … cabuuthhh donggghhhh kontoollnyaaaaaa” erang Siwi. Sepertinya kini dia merasakan nikmat. Matanya merem melek seiring dengan tusukan kontolku.

“Hmmmhh … hmmmhhh … hmmmhhh … masss … enakkkkk … enakkk masss … tapiihhhh … silitku jangan dientottttttt … rasana pengen eek masssss” ucapnya sambil mengerang. Anusnya terasa meremas-remas kontolku. “Uuuuuccchhhhh … asssuuuuuuu … massss … sssshhhhhhhhh … j*nc*k … sssshhhhh … itillkuuhhhhhh … itilkuuuuhhhhh massssss … massssshhhh … aaaaaahhhhhhhhhhhh” Siwi mengerang dan mengejang dengan hebat, dari memeknya memancar cairan. Yang jelas itu pipis dan cairan ejakulasinya. “Dewwiiiii … pipissssh lagihhhhhhhhhhh” ucapnya sambil melenguh.

Aku cabut kontolku dari anusnya dan segera membersihkannya dengan tissue basah. Siwi masih telentang sambil merem melek. Untungnya hanya pinggiran springbed yang basah karena pipisnya. Aku menyorongkan penisku ke mulut Siwi, dia segera menyambarnya dengan hisapan dan kocokan nikmat. Blep … bleppp … blep … slurrrpppp … bunyi kontol yang beradu dengan mulut mungilnya. Aku hanya mengerang menahan nikmat. Tak lama kemudian, crott … crott … crottt … spermaku kembali muntah dalam mulutnya. “Emmhhh … emmhhhh … emmhhhhh … tak gigit sekalian biar putus kontolnya” kata Siwi sambil menghisap kontolku dengan kuat. Entah berapa kali dia orgasme aku lupa menghitungnya.

Pagi harinya, aku harus kembali berangkat ngantor. Jelas, aku pasti kesiangan sesampainya di kantor nanti. Tapi paling tidak masih bisa ditoleransi lah. Siwi aku tinggalkan di kamar hotel itu, aku sengaja memperpanjang booking kamar itu. Sewaktu aku bangun dia masih tertidur pulas. Sesampainya di kantor, Pak Sarwono sudah hampir mencak-mencak. Namun aku masih aman, hanya terlambat 30 menit.

Kling! Ada pesan masuk di Blackberryku. Ternyata Antok, dia kirimkan capture BBM Siwi kepada dirinya. Dia mengirim VN sedang ngakak dan capture itu. Siwi menuliskan dalam BBM, “Rud, bru x ini deh silitq diperkosa”. Aku kembali bekerja. Dan lagi, kling! Ada lagi BBM masuk. Kali ini Siwi yang kirim message+pics, “Kamu jahat deh masbro, mosok aku ditinggal sendirian n silitku semaleman diperkosa. Untunge gak eek disitu. Besok kalo ketemu tak eek’i sekalian … Sekarang skt nihh … kyk ada yg ngganjel. Tp mksih yaaa udh dikasih pahlawan proklamasi bnyk sekali”. Gambar yang dia kirimkan bikin ngakak, anusnya dia foto brooo.

Related Posts

0 komentar:

Post a Comment